"Mungkin ini rasanya. Ketika semua rasa yang terkumpul sudah tak lagi bernama. Tak jelas, mana sayang, mana rindu, mana benci, mana geram. Kalau dapat ku ubah dalam bentuk nyata, rasanya seperti aku menggenggam setumpuk kertas tebal dan membebani tanganku. Ingin rasanya ku hampirimu dan melemparkan dengan keras kertas-kertas itu ke wajahmu. Ya, tepat di wajahmu. Aku juga tak pernah menyangka bahwa semua yang pernah ada justru menjadi terbalik. Semua kalimat manismu serasa gelombang laut yang mengaduk-aduk isi perutku. Aku jengah. Hanya mampu tersenyum kecil dan menggeleng. Merasa bodoh pernah melambung hanya karena sebait dua bait janji yang kau kirimkan. Dan merasa bodoh, karena pernah percaya. Kau pernah celupkan tanganmu kedalam air yang sangat dingin beberapa saat? Kebas rasanya tanganmu nanti. Itu juga yang aku rasakan saat ini. Padamu. Pada kebahagiaanmu. Pada gulir waktu yang berjalan lambat. Kadang ku rasa marah, namun lebih dari itu, aku sangat kehilangan. Peduli setan pa