Skip to main content

Memulai dari akhir.

Hari minggu pagi, ketika saya terganggu dengan getar hp. Getar pertama, saya tutup telinga saya dengan bantal. Getar kedua, saya geser hp menjauh. Getar ketiga, ok, awas aja kalo cuman watsap ngga penting.

Butuh waktu lebih lama buat ngucek-ngucek mata, scroll hp, baca ulang, dan berusaha mencerna pesan di watsap.
Kak Ella meninggal, cul.

Nggak lama kemudian, salah satu teman saya menelfon, juga untuk mengkonfirmasikan kabar yang sama.
Butuh waktu lama buat saya buat bisa mencerna, buat menerima kalau yang namanya Kak Ella udah ngga ada. Semalam. Penyebabnya apa juga saya masih belum jelas. Yang jelas saat itu cuman mandi secepatnya, menuju pasar jumat janjian sama Wuri, untuk ketemuan dengan Hanum di Antam.

Di sepanjang perjalanan saya buka-buka fesbuk, buka profile Kak Ella, dan lihat mulai ada ucapan belasungkawa di sana. Saya cuman bisa menarik nafas dalam-dalam. Lagi-lagi tentang kematian yang siapapun pasti ngga pernah siap. Dalam kondisi meninggalkan ataupun ditinggalkan.
Masih sambil bengong, saya liat di kanan kiri jalan. Ada janur melengkung. Entah siapa yang hari ini memulai hidup baru melalui pernikahan, sedangkan suami Kak Ella juga memulai hidup baru dengan kehilangan, bahkan Kak Ella sendiri juga memulai hidup baru, kembali kepangkuan Ilahi Rabbi.

Selalu ada awal baru disetiap akhir.Perjalan baru di setiap ujung jalan.

Saya liat lagi profile fb Kak Ella. Kak Ella baik, yang jadi tambah cantik pas mau nikah tahun kemarin. Saya bahkan masih merinding lihat foto nikahannya. Kak Ella ngga terlihat sakit, Kak Ella terlihat bahagia. Terus kenapa, ya Allah?

Allah yang punya kuasa, Allah yang punya cerita.
Kebaikan Kak Ella ngajarin saya banyak hal. Kepulangan Kak Ella juga membuka pikiran saya tentang banyak hal. Tentang sejuta pertanyaan kenapa.

Kehilangan uang 50rb aja sedihnya minta ampun. Bete lebih tepatnya. Putus pacar aja sedihnya kaya orang gila. Gimana dengan yang kehilangan rumah karena musibah? Gimana dengan yang harus kehilangan orang yang disayang karena orang tersebut harus kembali ke Tuhannya,

Di atas lantai 1 masih ada lantai 2. Di atas langit masih ada langit.
Yang dipunya sekarang, sangat perlu disyukuri.
Yang lagi diuji, bersabarlah.
Yang lagi seneng-seneng, jangan sombong dulu. Apapun bisa Allah ganti dengan kebalikannya dalam hitungan detik.

Note to my self.

Buat Kak Ella, yang tenang ya Kak di sana. InsyaAllah ngga ada lagi sakit. Allah sayang Kak Ella, disini juga banyak yang doain Kak Ella. Salam buat Kak Nomi ya. Salam juga buat Allah, titip pesen, Ticul nunggu jodohnya.

:)

Comments

Popular posts from this blog

Sepotong Rasa dalam Diam #1

Aisya Soraya. Siapa yang tidak mengenal nama itu. Biasa disapa Aya. Mahasiswa tingkat 3 yang cantik, pintar, namun tetap bersahaja. Dia pernah mengikuti kontes kecantikan, dan menjadi juara 2. Pernah pula membintangi beberapa iklan dan hingga kini, masih menjadi presenter sebuah acara berpetualang ke daerah-daerah di Indonesia. Dia satu angkatan denganku. Cuma beda popularitas dan segala kelebihanya tadi. Hehe. Itu sih bukan ’cuma’ ya.

Mengawali taun 2011 dengan..

Pacar. Nggak lah bo'ong banget *garuk-garuk tembok*. Tapi ada yang lebih parah dari itu men. Apa hayo? 1. Ultimatum dari Yang Mulia Ratu Ibu, yang berbunyi, saya harus udah nikah di umur 25. 2. Si Bapak yang kurang lebih mengutarakan hal yang sama, namun plus embel-embel 'Bapak kan udah pengen nggendong cucu, Mbak" Mampus kan tuh gue. Oke, mari kita berpikiran jernih dan positif. Anggap aja itu adalah doa baik dari orang tua untuk anaknya. Cuman ketika saya teringat umur saya taun ini udah memasuki 23, jadi agak-agak dug-dug ser gimanaaaa gitu. Kalo kata temen saya, saya sudah mulai memasuki midlife crisis , yakni masa-masa saya mulai butuh hubungan dengan lawan jenis dan kebutuhan karir juga. Nahkan. Au ah.

Hai!

Hem. Tes tes *ketok ketok mic* Terlalu banyak hal terjadi selama beberapa bulan ini. Jadi cukup lama juga ngga ada waktu nulis. Ada sih, nulis report. Pft. Ini baru bulan ke 4 di 2014 tapi rasanya sudah lemayan lelah. Tapi senang. Tahun ini ngerasain tahun baruannya di Masjid Nabawi, Madinah. Such a rare chance, huh? Yes, it was a holy trip. More than that, it was a very meaningful moment to me, to my life, to my days after. Beware of what you asking for to God. He will answer those prayer in a very unpredictable ways. Very unpredictable. Fyuh. Work life? Hmm, lemayan juga. Baru dapat bonus tahunan. Bisa buat ganjel-ganjel tabungan. Love life? Please skip. Family? Still to try to get used of my dad's absence because of his duty for every 2 weeks. Health? Ehm, proudly saying that I take 2-3 times to exercise. Me anak gym bok ih waw kan yes? Friendship? One of my very bery best person got engaged last month and I feel very extremely happy. OK I was lying. She...