Skip to main content

Sampai bertemu lagi

Aku mengawali pagi ini dengan agak terperanjat dengan kepamitanmu. berangkat besok, untuk waktu yang kau bilang sebentar. pamit? sebenarnya tidak juga. lebih tepatnya karena ku bertanya dan kau menjawab.

bentukmu itu biasa saja. berantakan malah ketika pertama kali ku lihat. dengan gaya khas mahasiswa. yang tertinggal hingga kini di kepala adalah keramahanmu padaku si anak baru.

jika ada yang bertanya tentang pertama kali, ya kau lah orang pertama yang membuatku merasa tidak terlalu asing. yang padahal ku tahu kau memperlakukan semuanya sama. siapa suruh yang lain merasa biasa saja.

kau juga orang pertama yang selalu ku cari ketika ada perkumpulan. kaus berkerah berwarna hijau dan rambut gondrong sebahu. dan tas selempang. buatku kau adalah kakak. bahkan aku menyebutmu abang, meskipun asalmu dari tanah majapahit.

kau itu manis.

semanis senyum tipis setiap kali semua orang tiba-tiba menjodohkanmu dengan temanku sendiri. semanis air mata yang rembes di ujung mata. semanis aku senang melihatmu senang. semanis aku mencoba mencipta jarak antara kutub utara dan selatan pada magnet.

ini kehidupan, dan yang kita punya sangat berbeda. aku sesekali mengintip hidupmu, sesekali menyapamu, sesekali rindu.

lucu ya.
aku mengagumimu entah seperti apa.
Mungkin seperti anak gadis kepada kakaknya. Atau juga seperti anak SMA yang kepincut seniornya.

Comments

Popular posts from this blog

Sepotong Rasa dalam Diam #1

Aisya Soraya. Siapa yang tidak mengenal nama itu. Biasa disapa Aya. Mahasiswa tingkat 3 yang cantik, pintar, namun tetap bersahaja. Dia pernah mengikuti kontes kecantikan, dan menjadi juara 2. Pernah pula membintangi beberapa iklan dan hingga kini, masih menjadi presenter sebuah acara berpetualang ke daerah-daerah di Indonesia. Dia satu angkatan denganku. Cuma beda popularitas dan segala kelebihanya tadi. Hehe. Itu sih bukan ’cuma’ ya.

Mengawali taun 2011 dengan..

Pacar. Nggak lah bo'ong banget *garuk-garuk tembok*. Tapi ada yang lebih parah dari itu men. Apa hayo? 1. Ultimatum dari Yang Mulia Ratu Ibu, yang berbunyi, saya harus udah nikah di umur 25. 2. Si Bapak yang kurang lebih mengutarakan hal yang sama, namun plus embel-embel 'Bapak kan udah pengen nggendong cucu, Mbak" Mampus kan tuh gue. Oke, mari kita berpikiran jernih dan positif. Anggap aja itu adalah doa baik dari orang tua untuk anaknya. Cuman ketika saya teringat umur saya taun ini udah memasuki 23, jadi agak-agak dug-dug ser gimanaaaa gitu. Kalo kata temen saya, saya sudah mulai memasuki midlife crisis , yakni masa-masa saya mulai butuh hubungan dengan lawan jenis dan kebutuhan karir juga. Nahkan. Au ah.

ini lagi kesel ceritanya.

Sepertinya memang harus diakhiri. Apa hayo? Segala sesuatu tentang masa lalu. Oke, ini kata pengantar untuk tulisan saya kali ini: Terakhir kali saya punya hubungan dengan seseorang adalah sekitar 2 taun lebih yang lalu. Di bulan Januari ini, which is sudah masuk ke 2 tahun lebih ini ya, saya udah ngga kepengaruh apa-apa lagi soal si orang itu, berikut apapun tentang hidupnya. Dan saya rasa saya udah ada di tahap itu, melupakan. eh ngga melupakan sih, lebih tepatnya merelakan dan menganggap bahwa oke, itu adalah masa lalu. Sialnya, saya hampir percaya sama diri saya sendiri kalo saya udah ngga bakalan kepengaruh apa-apa. Sampe semalem, ada sesuatu yang bikin saya tiba-tiba ngerasain sesuatu yang ngga enak banget rasanya. Gabungan antara sebel, marah, kesel, dan ya, sedikit cemburu. Saya juga heran deh. Kenapa ya saya harus masuk ke dalem kategori manusia yang susah lepas dari masa lalu. Maksutnya, ini udah lebih dari 2 taun lho cuuul. Saya ngerti banget ngga akan pernah bisa dan sayan...