Saya baru tau cara menyebut namanya dengan benar itu di tahun ke 3 perkenalan kami. Caesaria. Dibaca 'sesaria' bukan 'kaesaria'.
Saya juga ingat ketika awal kenal, saya bahkan ngga ngeh kalau dia adalah bagian dari kelompok. Sampai pernah ketika salah satu dosen memastikan jumlah kelompok kami, dia langsung menunjuk dirinya juga sebagai bagian dari kelompok. Karena namanya belum disebutkan.
Saya sempat sedih karena harus mengulang salah satu mata kuliah yang menurut saya bisa bikin kejang-kejang kalo ngulang sendirian. Tapi ternyata saya perlu minta maaf pas tau bahwa dia jg mengulang mata kuliah yang sama. Akhirnya kita ambil kelas yang malam, dan saya ngga perlu kejang sendirian.
Saya sempat setres ketika ada di lingkungan baru dan bertepuk sebelah tangan karena ngga nemu org yang cuman karena tatapan mata, kita bisa ngerti kita nemu 'sesuatu'.
Ketika saya atau dia sedang down, saya merasa kami bukan penghibur yang baik dengan kata-kata. Nasihat kami benar-benar basa-basi. Tetapi kami punya pengalih perhatian yang lain. Apa saja. Yang penting tidak membahas masalah.
Saya susah banget ngubujuk dia menginap di rumah. Salah satu alesannya mungkin karena saya terlalu banyak cerita hal aneh yang terjadi di rumah saya. Tapi menginap di rumahnya? 'Welcome home, Ticul' adalah kata sambutan dari ibunya yang bikin adem. Yang bikin saya jadi pengen nambah makan aja di sana.
Selera berbusana dia saya selalu afal. Selalu warna-warna abu-abu, biru butek, cokelat, kotak-kotak. Tapi dia punya selera yang lebih sehat dari saya untuk memadu padankan sesuatu.
Saya ngga suka nulis tangan. Awalnya rapih lama-lama berantakan. Tapi dia? Ya begitu-begitu aja tulisannya dari awal sampe akhir nulis. Rapih dan konsisten.
Saya dan dia masuk sebuah stationery store. Itu artinya saya perlu sesekali menjelaskan apa fungsi satu barang dan mengingatkan 'emang perlu dibeli?' Karena kalo bisa, dia borong itu seisi store.
Saya jago makan dan tidur. Satu-satunya hal yang saya yakin bisa menandingi kejagoannya dalam hal nari. Saya ingat ketika matanya masih bengkak karena ngga berenti nangis karena ngga bisa pergi misi budaya ke luar negeri karena dia-dan kita- punya target lulus kuliah tepat waktu. Tapi saya juga ingat ketika saya dan hanum membantu dia di saat-saat terakhir mengumpulkan revisi skripsinya dan mengambilkan toganya karena di taun terakhir kami, dia akhirnya bisa pergi misi budaya juga keluar negeri. Meskipun dengan tim yang berbeda.
Saya pencurhat yang baik. Di kala saya rasa saya udah ngga tau lagi harus ngapain, saya akan bbm dia panjang lebar numpahin unek2 dan dia akan menutupnya dgn 'what can I do to make you happy?'
Happy birthday my very best partner in crime, Sessaaa.. Wishing you all the best in this world and life after. Waiting for another 3hours-karoke-ing, or 8days travelling somewhere.
Pondok Cabe, 28 Mei 2012
Comments
Post a Comment