Menggengam rindu sejak kemarin, kemarinnya lagi, dan kemarinnya lagi.
Rasanya seperti ada sepojokan yang kosong.
Meminjam aksara yang telah ada, tapi rasanya tak akan pernah cukup.
Ini yang tak pernah terfikirkan oleh perangkai kata manapun. Di kala huruf-huruf itu tetap saja tak memiliki arti, tak secuilpun menggambarkan apa yang terdetak, apa yang mengalir di balik rusuk.
Berharap ada kata di atas rindu.
Berharap ada kata lebih luas dari rindu.
Berharap ada kata lebih dalam daripada rindu.
Senyummu.Bijakmu. Dekap hangatmu.
Itu yang akan selalu aku tunggu di sini.
Mungkin saat ini kita sedang mengembara di jarak yang Tuhan tentukan. Tapi aku selalu tak sabar menunggumu di ujung garis sana.
Menyambut senyummu. Menyambut genggammu. Melepaskan semua rindu ini.
Suatu hari nanti.
:)
Rasanya seperti ada sepojokan yang kosong.
Meminjam aksara yang telah ada, tapi rasanya tak akan pernah cukup.
Ini yang tak pernah terfikirkan oleh perangkai kata manapun. Di kala huruf-huruf itu tetap saja tak memiliki arti, tak secuilpun menggambarkan apa yang terdetak, apa yang mengalir di balik rusuk.
Berharap ada kata di atas rindu.
Berharap ada kata lebih luas dari rindu.
Berharap ada kata lebih dalam daripada rindu.
Senyummu.Bijakmu. Dekap hangatmu.
Itu yang akan selalu aku tunggu di sini.
Mungkin saat ini kita sedang mengembara di jarak yang Tuhan tentukan. Tapi aku selalu tak sabar menunggumu di ujung garis sana.
Menyambut senyummu. Menyambut genggammu. Melepaskan semua rindu ini.
Suatu hari nanti.
:)
Comments
Post a Comment