Skip to main content

Sepenggal Bahagia Kami

Aku menikmati pemandangan di depan mataku ini.
Senyumnya sederhana. Sempat terhenti dalam hitungan detik yang singkat, lalu tergores lagi di wajahnya. Sesekali ia tertawa atas polah lucu anak kecil di hadapannya. Tak lama pasti ia akan katupkan kedua telapak tangannya di wajah. Tanda ia sudah tak tahan untuk tertawa lebih lepas lagi. Gerak kakinya ringan. seolah tak perduli pada setiap mata yang memandang. Seolah ia berhak menikmati setiap gerak bebas yang ia punya. Dan ia tahu itu.

Refleks akupun tersenyum. Lega. Bisa melihatnya sebahagia itu. Lega. Aku tak perlu lagi cemas.

Matanya akhirnya beradu dengan pandangku. Selain tersenyum, aku bisa apa? Dengan sedikit anggukan, aku pastikan bahwa aku tersenyum. Begitujuga ia disana. Kami tak perlu lagi berbahasa. Kami pernah memiliki rasa yang sama. Saat itu. Sampai satu titik dimana kami akan tetap bahagia meski tak bersama. Ku lepas tangannya, hari itu. Tak ada sedih, tak ada benci. Kami tahu, kami akan baik-baik saja.

Aku lanjutkan melangkah. Menghampiri wanitaku di seberang sana. Di ujung mataku, ia juga kembali dengan waktunya, menggendong putri kecilnya yang sedari tadi merengek 'Ibuuu, yuk kita beli es krim'

Aku yakin, kami akan tetap bahagia.

Comments

Popular posts from this blog

Sepotong Rasa dalam Diam #1

Aisya Soraya. Siapa yang tidak mengenal nama itu. Biasa disapa Aya. Mahasiswa tingkat 3 yang cantik, pintar, namun tetap bersahaja. Dia pernah mengikuti kontes kecantikan, dan menjadi juara 2. Pernah pula membintangi beberapa iklan dan hingga kini, masih menjadi presenter sebuah acara berpetualang ke daerah-daerah di Indonesia. Dia satu angkatan denganku. Cuma beda popularitas dan segala kelebihanya tadi. Hehe. Itu sih bukan ’cuma’ ya.

Mengawali taun 2011 dengan..

Pacar. Nggak lah bo'ong banget *garuk-garuk tembok*. Tapi ada yang lebih parah dari itu men. Apa hayo? 1. Ultimatum dari Yang Mulia Ratu Ibu, yang berbunyi, saya harus udah nikah di umur 25. 2. Si Bapak yang kurang lebih mengutarakan hal yang sama, namun plus embel-embel 'Bapak kan udah pengen nggendong cucu, Mbak" Mampus kan tuh gue. Oke, mari kita berpikiran jernih dan positif. Anggap aja itu adalah doa baik dari orang tua untuk anaknya. Cuman ketika saya teringat umur saya taun ini udah memasuki 23, jadi agak-agak dug-dug ser gimanaaaa gitu. Kalo kata temen saya, saya sudah mulai memasuki midlife crisis , yakni masa-masa saya mulai butuh hubungan dengan lawan jenis dan kebutuhan karir juga. Nahkan. Au ah.

Hai!

Hem. Tes tes *ketok ketok mic* Terlalu banyak hal terjadi selama beberapa bulan ini. Jadi cukup lama juga ngga ada waktu nulis. Ada sih, nulis report. Pft. Ini baru bulan ke 4 di 2014 tapi rasanya sudah lemayan lelah. Tapi senang. Tahun ini ngerasain tahun baruannya di Masjid Nabawi, Madinah. Such a rare chance, huh? Yes, it was a holy trip. More than that, it was a very meaningful moment to me, to my life, to my days after. Beware of what you asking for to God. He will answer those prayer in a very unpredictable ways. Very unpredictable. Fyuh. Work life? Hmm, lemayan juga. Baru dapat bonus tahunan. Bisa buat ganjel-ganjel tabungan. Love life? Please skip. Family? Still to try to get used of my dad's absence because of his duty for every 2 weeks. Health? Ehm, proudly saying that I take 2-3 times to exercise. Me anak gym bok ih waw kan yes? Friendship? One of my very bery best person got engaged last month and I feel very extremely happy. OK I was lying. She...