Aku menikmati pemandangan di depan mataku ini.
Senyumnya sederhana. Sempat terhenti dalam hitungan detik yang singkat, lalu tergores lagi di wajahnya. Sesekali ia tertawa atas polah lucu anak kecil di hadapannya. Tak lama pasti ia akan katupkan kedua telapak tangannya di wajah. Tanda ia sudah tak tahan untuk tertawa lebih lepas lagi. Gerak kakinya ringan. seolah tak perduli pada setiap mata yang memandang. Seolah ia berhak menikmati setiap gerak bebas yang ia punya. Dan ia tahu itu.
Refleks akupun tersenyum. Lega. Bisa melihatnya sebahagia itu. Lega. Aku tak perlu lagi cemas.
Matanya akhirnya beradu dengan pandangku. Selain tersenyum, aku bisa apa? Dengan sedikit anggukan, aku pastikan bahwa aku tersenyum. Begitujuga ia disana. Kami tak perlu lagi berbahasa. Kami pernah memiliki rasa yang sama. Saat itu. Sampai satu titik dimana kami akan tetap bahagia meski tak bersama. Ku lepas tangannya, hari itu. Tak ada sedih, tak ada benci. Kami tahu, kami akan baik-baik saja.
Aku lanjutkan melangkah. Menghampiri wanitaku di seberang sana. Di ujung mataku, ia juga kembali dengan waktunya, menggendong putri kecilnya yang sedari tadi merengek 'Ibuuu, yuk kita beli es krim'
Aku yakin, kami akan tetap bahagia.
Senyumnya sederhana. Sempat terhenti dalam hitungan detik yang singkat, lalu tergores lagi di wajahnya. Sesekali ia tertawa atas polah lucu anak kecil di hadapannya. Tak lama pasti ia akan katupkan kedua telapak tangannya di wajah. Tanda ia sudah tak tahan untuk tertawa lebih lepas lagi. Gerak kakinya ringan. seolah tak perduli pada setiap mata yang memandang. Seolah ia berhak menikmati setiap gerak bebas yang ia punya. Dan ia tahu itu.
Refleks akupun tersenyum. Lega. Bisa melihatnya sebahagia itu. Lega. Aku tak perlu lagi cemas.
Matanya akhirnya beradu dengan pandangku. Selain tersenyum, aku bisa apa? Dengan sedikit anggukan, aku pastikan bahwa aku tersenyum. Begitujuga ia disana. Kami tak perlu lagi berbahasa. Kami pernah memiliki rasa yang sama. Saat itu. Sampai satu titik dimana kami akan tetap bahagia meski tak bersama. Ku lepas tangannya, hari itu. Tak ada sedih, tak ada benci. Kami tahu, kami akan baik-baik saja.
Aku lanjutkan melangkah. Menghampiri wanitaku di seberang sana. Di ujung mataku, ia juga kembali dengan waktunya, menggendong putri kecilnya yang sedari tadi merengek 'Ibuuu, yuk kita beli es krim'
Aku yakin, kami akan tetap bahagia.
Comments
Post a Comment