Ingin kulepas saja semua yang ada padaku..
Hingga tak ada lagi yang tersisa..
Sebut saja itu gila..
Aku tetap memanggilnya gundah..
Aku memang tak berkawan dengan waktu..
Tapi bukan salah aku meminta..
Putar saja semuanya..
Biar tak ada lagi gelisah..
Cinta dan kamu bagiku adalah kasat..
Dan secepat kilat..
Kalian menjelma jadi gurat..
Menggeliat..
Lalu semuanya seakan terlambat..
Ah bukan..
memang terlambat..
Kini aku sudah ada dia..
Tapi apa..
Aku tetap tidak punya cinta..
Dan kamu tentunya..
Sekarang yg ku butuh hanya teriak..
Meskipun harus merangkak..
Asal waktu, cinta dan kamu bisa bertolak..
Kembali kearahku..
Kembali kekasatku..
Namun apa daya..
Waktu terlanjur memaksaku bergumam..
"Terlambat.."
-Anhar Dana Putra
Terlambat.
Itu katamu.
Mungkin memang harus begini.
Kubawakan kau sebatang lilin bercahaya, justru ketika kau menuju benderang cahaya mentari.
Lilinku tak lagi kau perlu.
Cahayaku tak lagi kau rindu.
Aku bersyukur terlambat itu datang sekarang, sayang.
Sebelum semuanya menjadi pilu.
Sebelum hati kita bersatu.
Sebelum semuanya berujung satu,
perpisahan yang tak kita mau.
Hapus air mataku dengan jemarimu.
Hapus gundahmu dengan senyumku.
Yakinkan bahwa aku mampu. kita mampu.
Semoga kita bertemu pada satu titik yang sama bernama bahagia.
meski harus melalui jalan yang berbeda.
-Kartika Damayanti
Hingga tak ada lagi yang tersisa..
Sebut saja itu gila..
Aku tetap memanggilnya gundah..
Aku memang tak berkawan dengan waktu..
Tapi bukan salah aku meminta..
Putar saja semuanya..
Biar tak ada lagi gelisah..
Cinta dan kamu bagiku adalah kasat..
Dan secepat kilat..
Kalian menjelma jadi gurat..
Menggeliat..
Lalu semuanya seakan terlambat..
Ah bukan..
memang terlambat..
Kini aku sudah ada dia..
Tapi apa..
Aku tetap tidak punya cinta..
Dan kamu tentunya..
Sekarang yg ku butuh hanya teriak..
Meskipun harus merangkak..
Asal waktu, cinta dan kamu bisa bertolak..
Kembali kearahku..
Kembali kekasatku..
Namun apa daya..
Waktu terlanjur memaksaku bergumam..
"Terlambat.."
-Anhar Dana Putra
Terlambat.
Itu katamu.
Mungkin memang harus begini.
Kubawakan kau sebatang lilin bercahaya, justru ketika kau menuju benderang cahaya mentari.
Lilinku tak lagi kau perlu.
Cahayaku tak lagi kau rindu.
Aku bersyukur terlambat itu datang sekarang, sayang.
Sebelum semuanya menjadi pilu.
Sebelum hati kita bersatu.
Sebelum semuanya berujung satu,
perpisahan yang tak kita mau.
Hapus air mataku dengan jemarimu.
Hapus gundahmu dengan senyumku.
Yakinkan bahwa aku mampu. kita mampu.
Semoga kita bertemu pada satu titik yang sama bernama bahagia.
meski harus melalui jalan yang berbeda.
-Kartika Damayanti
Comments
Post a Comment