Skip to main content

1.16 a.m

Ingin kulepas saja semua yang ada padaku..
Hingga tak ada lagi yang tersisa..

Sebut saja itu gila..
Aku tetap memanggilnya gundah..

Aku memang tak berkawan dengan waktu..
Tapi bukan salah aku meminta..
Putar saja semuanya..
Biar tak ada lagi gelisah..

Cinta dan kamu bagiku adalah kasat..
Dan secepat kilat..
Kalian menjelma jadi gurat..
Menggeliat..
Lalu semuanya seakan terlambat..
Ah bukan..
memang terlambat..

Kini aku sudah ada dia..
Tapi apa..
Aku tetap tidak punya cinta..
Dan kamu tentunya..

Sekarang yg ku butuh hanya teriak..
Meskipun harus merangkak..
Asal waktu, cinta dan kamu bisa bertolak..
Kembali kearahku..
Kembali kekasatku..

Namun apa daya..
Waktu terlanjur memaksaku bergumam..
"Terlambat.."

-Anhar Dana Putra


Terlambat.
Itu katamu.

Mungkin memang harus begini.
Kubawakan kau sebatang lilin bercahaya, justru ketika kau menuju benderang cahaya mentari.
Lilinku tak lagi kau perlu.
Cahayaku tak lagi kau rindu.

Aku bersyukur terlambat itu datang sekarang, sayang.
Sebelum semuanya menjadi pilu.
Sebelum hati kita bersatu.
Sebelum semuanya berujung satu,
perpisahan yang tak kita mau.

Hapus air mataku dengan jemarimu.
Hapus gundahmu dengan senyumku.
Yakinkan bahwa aku mampu. kita mampu.

Semoga kita bertemu pada satu titik yang sama bernama bahagia.
meski harus melalui jalan yang berbeda.


-Kartika Damayanti



Comments

Popular posts from this blog

Sepotong Rasa dalam Diam #1

Aisya Soraya. Siapa yang tidak mengenal nama itu. Biasa disapa Aya. Mahasiswa tingkat 3 yang cantik, pintar, namun tetap bersahaja. Dia pernah mengikuti kontes kecantikan, dan menjadi juara 2. Pernah pula membintangi beberapa iklan dan hingga kini, masih menjadi presenter sebuah acara berpetualang ke daerah-daerah di Indonesia. Dia satu angkatan denganku. Cuma beda popularitas dan segala kelebihanya tadi. Hehe. Itu sih bukan ’cuma’ ya.

Mengawali taun 2011 dengan..

Pacar. Nggak lah bo'ong banget *garuk-garuk tembok*. Tapi ada yang lebih parah dari itu men. Apa hayo? 1. Ultimatum dari Yang Mulia Ratu Ibu, yang berbunyi, saya harus udah nikah di umur 25. 2. Si Bapak yang kurang lebih mengutarakan hal yang sama, namun plus embel-embel 'Bapak kan udah pengen nggendong cucu, Mbak" Mampus kan tuh gue. Oke, mari kita berpikiran jernih dan positif. Anggap aja itu adalah doa baik dari orang tua untuk anaknya. Cuman ketika saya teringat umur saya taun ini udah memasuki 23, jadi agak-agak dug-dug ser gimanaaaa gitu. Kalo kata temen saya, saya sudah mulai memasuki midlife crisis , yakni masa-masa saya mulai butuh hubungan dengan lawan jenis dan kebutuhan karir juga. Nahkan. Au ah.

ini lagi kesel ceritanya.

Sepertinya memang harus diakhiri. Apa hayo? Segala sesuatu tentang masa lalu. Oke, ini kata pengantar untuk tulisan saya kali ini: Terakhir kali saya punya hubungan dengan seseorang adalah sekitar 2 taun lebih yang lalu. Di bulan Januari ini, which is sudah masuk ke 2 tahun lebih ini ya, saya udah ngga kepengaruh apa-apa lagi soal si orang itu, berikut apapun tentang hidupnya. Dan saya rasa saya udah ada di tahap itu, melupakan. eh ngga melupakan sih, lebih tepatnya merelakan dan menganggap bahwa oke, itu adalah masa lalu. Sialnya, saya hampir percaya sama diri saya sendiri kalo saya udah ngga bakalan kepengaruh apa-apa. Sampe semalem, ada sesuatu yang bikin saya tiba-tiba ngerasain sesuatu yang ngga enak banget rasanya. Gabungan antara sebel, marah, kesel, dan ya, sedikit cemburu. Saya juga heran deh. Kenapa ya saya harus masuk ke dalem kategori manusia yang susah lepas dari masa lalu. Maksutnya, ini udah lebih dari 2 taun lho cuuul. Saya ngerti banget ngga akan pernah bisa dan sayan...