Skip to main content

ngga cocok jadi psikolog

kuliah saya emang di fakultas psikologi.
8 semester belajar tentang empati, simpati, si wati, si jati.
tapi akhirnya setelah 8 semester itu saya menyadari bahwa: jalur karir saya sepertinya bukan jadi psikolog.
kenapa?

saya suka-suka aja ngbantuin orang 'keluar' dari masalah psikisnya.taappppppppiiiiiiiiiiiiiiiiiii, ternyata saya ngga cukup mahir buat profesional. ngga bisa misahin antara itu masalah orang dan saya adalah saya, which is kaga perlu terlibat terlalu jauh secara emosional di dalamnya.
dan masalahnyaaaaaaaaa, saya sering begitu.ibaratnya, orang yang punya masalah, saya yang kurus kering karna kepikiran.emang deh otak saya ini punya space yang segede lapangan bola buat mikirin masalah orang, tapi cuma nyisain celah selebar celah gigi buat akademis, wabilkhusus skripsi.

kaya sekarang nih.

2 temen saya lagi agak ngga enak.
dan saya ada di tengahnya.
dan tau apa?
jadwal skripsian saya kemarin berantakan. sayapun mumet. dan hari ini, saya migrain!
great.

mana ada psikolog begitu caranya.

Comments

Popular posts from this blog

Sepotong Rasa dalam Diam #1

Aisya Soraya. Siapa yang tidak mengenal nama itu. Biasa disapa Aya. Mahasiswa tingkat 3 yang cantik, pintar, namun tetap bersahaja. Dia pernah mengikuti kontes kecantikan, dan menjadi juara 2. Pernah pula membintangi beberapa iklan dan hingga kini, masih menjadi presenter sebuah acara berpetualang ke daerah-daerah di Indonesia. Dia satu angkatan denganku. Cuma beda popularitas dan segala kelebihanya tadi. Hehe. Itu sih bukan ’cuma’ ya.

Mengawali taun 2011 dengan..

Pacar. Nggak lah bo'ong banget *garuk-garuk tembok*. Tapi ada yang lebih parah dari itu men. Apa hayo? 1. Ultimatum dari Yang Mulia Ratu Ibu, yang berbunyi, saya harus udah nikah di umur 25. 2. Si Bapak yang kurang lebih mengutarakan hal yang sama, namun plus embel-embel 'Bapak kan udah pengen nggendong cucu, Mbak" Mampus kan tuh gue. Oke, mari kita berpikiran jernih dan positif. Anggap aja itu adalah doa baik dari orang tua untuk anaknya. Cuman ketika saya teringat umur saya taun ini udah memasuki 23, jadi agak-agak dug-dug ser gimanaaaa gitu. Kalo kata temen saya, saya sudah mulai memasuki midlife crisis , yakni masa-masa saya mulai butuh hubungan dengan lawan jenis dan kebutuhan karir juga. Nahkan. Au ah.

Hai!

Hem. Tes tes *ketok ketok mic* Terlalu banyak hal terjadi selama beberapa bulan ini. Jadi cukup lama juga ngga ada waktu nulis. Ada sih, nulis report. Pft. Ini baru bulan ke 4 di 2014 tapi rasanya sudah lemayan lelah. Tapi senang. Tahun ini ngerasain tahun baruannya di Masjid Nabawi, Madinah. Such a rare chance, huh? Yes, it was a holy trip. More than that, it was a very meaningful moment to me, to my life, to my days after. Beware of what you asking for to God. He will answer those prayer in a very unpredictable ways. Very unpredictable. Fyuh. Work life? Hmm, lemayan juga. Baru dapat bonus tahunan. Bisa buat ganjel-ganjel tabungan. Love life? Please skip. Family? Still to try to get used of my dad's absence because of his duty for every 2 weeks. Health? Ehm, proudly saying that I take 2-3 times to exercise. Me anak gym bok ih waw kan yes? Friendship? One of my very bery best person got engaged last month and I feel very extremely happy. OK I was lying. She...