"Tak perlu alasan", ujarku ketus.
Ku bereskan tumpukan kertas di hadapanku. Ku selempangkan tas di bahu. Aku ingin segera pergi dari sini. darimu.
"Ya kamu ngga bisa dong tiba-tiba berubah begini. Ngga adil buat aku"
Itu alasanmu menahanku.
Adil katamu? Pernahkah keadilan itu mampir padaku?
Aku hanya menatapmu. Tak satupun kata terucap. Aku tak ingin menjelaskan apapun lagi. Aku hanya ingin pergi. Aku tak ingin ada pertumpahan air mata konyol di sini.
"Kamu boleh pergi asal kamu jelasin ke aku, kenapa kamu ngindarin aku akhir-akhir ini?
matamu nyalang. ada gurat kekesalan di sana. aku lihat itu. Aku selalu mengerti apa yang matamu coba katakan, tapi aku sedang tak ingin peduli.
"Aku ada janji ketemu dosen. Bisa biarin aku pergi?"
"Ngga. Kenapa jadi belibet gini sih? Aku cuma pengen tau kenapa kamu ngindarin aku 2 minggu ini.Itu aja. "
ponselmu berdering. aku bisa menebak siapa yang membuatnya berbunyi dengan menyebalkan seperti itu.
"Kenapa dimatiin?" tanyaku bingung.
"Jadi?", Kau tidak menjawab, malah balik bertanya.
Aku tarik nafas panjang. Aku menghadapmu.
"Waktu bisa menumbuhkan sesuatu. Waktu bisa mengubah segalanya. Mudah-mudahan kamu ngerti itu", aku berbalik, pergi darimu.
Menjauh.
Ini sudah lebih dari 2 minggu setelah kau kabarkan padaku kau memintanya jadi kekasihmu. Kau tak pernah tahu, aku bukan hanya sepasang telinga yang hanya bisa mendengar segala ceritamu. Aku juga bukan hanya sebuah mulut yang selalu menyemangatimu. Tetapi aku juga sahabatmu, yang punya hati untuk mencintaimu..
Ku bereskan tumpukan kertas di hadapanku. Ku selempangkan tas di bahu. Aku ingin segera pergi dari sini. darimu.
"Ya kamu ngga bisa dong tiba-tiba berubah begini. Ngga adil buat aku"
Itu alasanmu menahanku.
Adil katamu? Pernahkah keadilan itu mampir padaku?
Aku hanya menatapmu. Tak satupun kata terucap. Aku tak ingin menjelaskan apapun lagi. Aku hanya ingin pergi. Aku tak ingin ada pertumpahan air mata konyol di sini.
"Kamu boleh pergi asal kamu jelasin ke aku, kenapa kamu ngindarin aku akhir-akhir ini?
matamu nyalang. ada gurat kekesalan di sana. aku lihat itu. Aku selalu mengerti apa yang matamu coba katakan, tapi aku sedang tak ingin peduli.
"Aku ada janji ketemu dosen. Bisa biarin aku pergi?"
"Ngga. Kenapa jadi belibet gini sih? Aku cuma pengen tau kenapa kamu ngindarin aku 2 minggu ini.Itu aja. "
ponselmu berdering. aku bisa menebak siapa yang membuatnya berbunyi dengan menyebalkan seperti itu.
"Kenapa dimatiin?" tanyaku bingung.
"Jadi?", Kau tidak menjawab, malah balik bertanya.
Aku tarik nafas panjang. Aku menghadapmu.
"Waktu bisa menumbuhkan sesuatu. Waktu bisa mengubah segalanya. Mudah-mudahan kamu ngerti itu", aku berbalik, pergi darimu.
Menjauh.
Ini sudah lebih dari 2 minggu setelah kau kabarkan padaku kau memintanya jadi kekasihmu. Kau tak pernah tahu, aku bukan hanya sepasang telinga yang hanya bisa mendengar segala ceritamu. Aku juga bukan hanya sebuah mulut yang selalu menyemangatimu. Tetapi aku juga sahabatmu, yang punya hati untuk mencintaimu..
Comments
Post a Comment