Skip to main content

ah teori..

Teorinya, kalo abis disakitin sama pacar, ya putus ajalah.
Teorinya, kalo udah jadi mantan, yaudah, mantan aja. masih banyak cowo/cewe lain di luar sana.
Teorinya, janganlah jadian sama mantannya temen/sahabat. Biar ngejaga perasaan aja.
Teorinya, sahabat is sahabat. mana bisa jadi pacar?
Teorinya sih begitu. Tapi kenyataannya?

Setiap manusia di dunia ini saya rasa bisa dibilang sebagai ilmuwan karena paling pandai deh urusan berteori a i u e o. tapi giliran disuruh ngejalanin?

Mungkin ibaratnya kaya sebuah pertandingan sepakbola dimana para penontonlah yang lebih pintar dibanding para pemain yang di lapangan. Yang di bangku penonton sibuk berteori ini itu, membodoh-bodohi, tapi yang tau kondisi di lapangan, ya para pemainnya sendiri. kondisi di lapangan belum tentu bisa dipakein teorinya para penonton.

Sebenernya beberapa hari ini saya lagi kepikiran aja tentang teorinya sebuah perasaan. ada yang bilang kalo perasaan itu pure cuma manusianya itu sendiri dan Tuhan yang tau. Jadi kalo ada orang lain yang turut berpendapat, saya ngga yakin yang dikasih pendapat bisa seratus persen ngikutin si teori saran tadi.

Jadi saya berkesimpulan bahwa, kayanya lebih bijak deh kalo kita jadi pendengar yang baik aja, ketimbang ngumbar teori ini itu. Teorinya sih begitu, tapi kenyataannya?
Tau deh.

Comments

Popular posts from this blog

Sepotong Rasa dalam Diam #1

Aisya Soraya. Siapa yang tidak mengenal nama itu. Biasa disapa Aya. Mahasiswa tingkat 3 yang cantik, pintar, namun tetap bersahaja. Dia pernah mengikuti kontes kecantikan, dan menjadi juara 2. Pernah pula membintangi beberapa iklan dan hingga kini, masih menjadi presenter sebuah acara berpetualang ke daerah-daerah di Indonesia. Dia satu angkatan denganku. Cuma beda popularitas dan segala kelebihanya tadi. Hehe. Itu sih bukan ’cuma’ ya.

Mengawali taun 2011 dengan..

Pacar. Nggak lah bo'ong banget *garuk-garuk tembok*. Tapi ada yang lebih parah dari itu men. Apa hayo? 1. Ultimatum dari Yang Mulia Ratu Ibu, yang berbunyi, saya harus udah nikah di umur 25. 2. Si Bapak yang kurang lebih mengutarakan hal yang sama, namun plus embel-embel 'Bapak kan udah pengen nggendong cucu, Mbak" Mampus kan tuh gue. Oke, mari kita berpikiran jernih dan positif. Anggap aja itu adalah doa baik dari orang tua untuk anaknya. Cuman ketika saya teringat umur saya taun ini udah memasuki 23, jadi agak-agak dug-dug ser gimanaaaa gitu. Kalo kata temen saya, saya sudah mulai memasuki midlife crisis , yakni masa-masa saya mulai butuh hubungan dengan lawan jenis dan kebutuhan karir juga. Nahkan. Au ah.

Hai!

Hem. Tes tes *ketok ketok mic* Terlalu banyak hal terjadi selama beberapa bulan ini. Jadi cukup lama juga ngga ada waktu nulis. Ada sih, nulis report. Pft. Ini baru bulan ke 4 di 2014 tapi rasanya sudah lemayan lelah. Tapi senang. Tahun ini ngerasain tahun baruannya di Masjid Nabawi, Madinah. Such a rare chance, huh? Yes, it was a holy trip. More than that, it was a very meaningful moment to me, to my life, to my days after. Beware of what you asking for to God. He will answer those prayer in a very unpredictable ways. Very unpredictable. Fyuh. Work life? Hmm, lemayan juga. Baru dapat bonus tahunan. Bisa buat ganjel-ganjel tabungan. Love life? Please skip. Family? Still to try to get used of my dad's absence because of his duty for every 2 weeks. Health? Ehm, proudly saying that I take 2-3 times to exercise. Me anak gym bok ih waw kan yes? Friendship? One of my very bery best person got engaged last month and I feel very extremely happy. OK I was lying. She...