"Aku bukan lelaki baik-baik. Aku tidak berguna. Tidak ada yang menganggapku ada. Kalaupun aku pergi, aku yakin tidak akan ada yang merasa kehilangan. Tidak ada seorangpun yang menganggapku istimewa. Tidak akan ada yang mencintaiku", kata seorang lelaki berkemeja cokelat dengan lengan kemejanya digulung seperempat yang duduk di sampingku.
Matanya menatap lurus ke depan.
Sesaat senyumnya tersungging. Namun kemudian hilang. Dahinya kembali berkerut.
Ia menarik nafas panjang.
Riak air semakin membentuk bulatan-bulatan di permukaan danau.
Rintik demi rintik hujan mulai turun.
"Kamu ngga seperti itu. Kamu adalah lelaki baik yang sangat mudah dicintai", aku tersenyum.
dan kau hanya menengok sesaat. Matamu seolah berkata sesuatu, tetapi aku tak tahu apa.
"Kamu tahu? Kamu adalah lelaki terbaik yang pernah aku kenal. Kamu sangat berguna, bagiku, kamu sangat berguna. Kamu bisa membuatku tertawa dengan cara yang tidak pernah aku bayangkan sebelumnya. Karena itulah aku selalu menganggapmu ada dan istimewa. Dan aku mencintaimu, bahkan sebelum aku menyadari bahwa aku sungguh mencintaimu", jawabku atas kalimatmu tadi.
Kuucapkan kalimat-kalimat itu pelan, sambil menatap punggungmu yang semakin menjauh. Kau lindungi kepalamu dengan buku yang kau bawa. Di tangan kirimu ada setangkai mawar putih, cantik.
Kau ada janji, katamu. Dengan seseorang yang kau suka. Yang sangat kau berharap dengannya kau bisa bahagia.
Matanya menatap lurus ke depan.
Sesaat senyumnya tersungging. Namun kemudian hilang. Dahinya kembali berkerut.
Ia menarik nafas panjang.
Riak air semakin membentuk bulatan-bulatan di permukaan danau.
Rintik demi rintik hujan mulai turun.
"Kamu ngga seperti itu. Kamu adalah lelaki baik yang sangat mudah dicintai", aku tersenyum.
dan kau hanya menengok sesaat. Matamu seolah berkata sesuatu, tetapi aku tak tahu apa.
"Kamu tahu? Kamu adalah lelaki terbaik yang pernah aku kenal. Kamu sangat berguna, bagiku, kamu sangat berguna. Kamu bisa membuatku tertawa dengan cara yang tidak pernah aku bayangkan sebelumnya. Karena itulah aku selalu menganggapmu ada dan istimewa. Dan aku mencintaimu, bahkan sebelum aku menyadari bahwa aku sungguh mencintaimu", jawabku atas kalimatmu tadi.
Kuucapkan kalimat-kalimat itu pelan, sambil menatap punggungmu yang semakin menjauh. Kau lindungi kepalamu dengan buku yang kau bawa. Di tangan kirimu ada setangkai mawar putih, cantik.
Kau ada janji, katamu. Dengan seseorang yang kau suka. Yang sangat kau berharap dengannya kau bisa bahagia.
Comments
Post a Comment