Mungkin ini yang namanya jatuh cinta. Rasanya kadang menyerusup ke anatomi entah bagian apa. Tapi rasanya ada, jelas. Kadang ngilu karena rindu, kadang nyeri karena rasa yang terlalu menggebu. Ada waktunya aku hanya ingin melihatmu tanpa suara. Setidaknya aku yang otomatis mematikan indera pendengaranku. Lalu menikmatimu layaknya memandangi sebuah karya lukis. Indah, dan tak perlu diiringi untaian kata ini itu. Senyummu masih jadi juaranya. Rasanya akan langsung melemparku pada awal kita bertemu. Ada kalanya juga aku menikmatimu sambil terpejam. Membiarkan gema suaramu memenuhi kepalaku. Kadang menjadi nyanyian, ataupun panggilan. Dan ada waktunya ketika aku ingin menikmatimu dengan utuh. Kamu yang bercerita, kamu yang membuatku tertegun, kamu yang tetiba marah, kamu yang melucu, kamu yang mulai merangkum semuanya menjadi rindu. Kamu, Aku, padamu.