Skip to main content

welcoming the other one :)

baru bangun tidur, buka ym, dapet kiriman ini:

"Relationship are like glass. Sometimes it's better to leave them broken than try to hurt yourself putting it back together" (Anonymous)


saya cuma bisa senyum *baca: nyari sederetonline.com buat ngartiin trus dengan sotoy nya bikin pemahaman sendiri*
haha. ga segitunya deng.

cuma, maksut si pengirim ngasih ini ke saya masih saya pertanyakan. apakah karena saya terlihat masih belum bisa merelakan kepatahatian kemarin, atau keterlihatan saya ingin punya pacar? *yaelah cul*

oke, bagian seriusnya adalah, quote itu ada benernya juga. mungkin ini jawapan dari Tuhan buat menyadarkan saya (atau pembaca yang lain) kalo your (or our) past, love, or sometimes the relationships, are not worth anymore for being kept or struggled..

di plurk, salah satu temen saya bilang kalo sayang sama cinta aja ngga cukup buat mempertahankan sebuah hubungan (arisage, 2010). saya pun setuju. banyak variabel lain yang turut mempengaruhi, yang justru bisa ngalahin variabel utamanya sendiri.

maka dari itu sayapun berkesimpulan,

just let the invisible hands guide you to the other happiness

:)


Comments

Popular posts from this blog

ini lagi kesel ceritanya.

Sepertinya memang harus diakhiri. Apa hayo? Segala sesuatu tentang masa lalu. Oke, ini kata pengantar untuk tulisan saya kali ini: Terakhir kali saya punya hubungan dengan seseorang adalah sekitar 2 taun lebih yang lalu. Di bulan Januari ini, which is sudah masuk ke 2 tahun lebih ini ya, saya udah ngga kepengaruh apa-apa lagi soal si orang itu, berikut apapun tentang hidupnya. Dan saya rasa saya udah ada di tahap itu, melupakan. eh ngga melupakan sih, lebih tepatnya merelakan dan menganggap bahwa oke, itu adalah masa lalu. Sialnya, saya hampir percaya sama diri saya sendiri kalo saya udah ngga bakalan kepengaruh apa-apa. Sampe semalem, ada sesuatu yang bikin saya tiba-tiba ngerasain sesuatu yang ngga enak banget rasanya. Gabungan antara sebel, marah, kesel, dan ya, sedikit cemburu. Saya juga heran deh. Kenapa ya saya harus masuk ke dalem kategori manusia yang susah lepas dari masa lalu. Maksutnya, ini udah lebih dari 2 taun lho cuuul. Saya ngerti banget ngga akan pernah bisa dan sayan...

Sepotong Rasa dalam Diam #1

Aisya Soraya. Siapa yang tidak mengenal nama itu. Biasa disapa Aya. Mahasiswa tingkat 3 yang cantik, pintar, namun tetap bersahaja. Dia pernah mengikuti kontes kecantikan, dan menjadi juara 2. Pernah pula membintangi beberapa iklan dan hingga kini, masih menjadi presenter sebuah acara berpetualang ke daerah-daerah di Indonesia. Dia satu angkatan denganku. Cuma beda popularitas dan segala kelebihanya tadi. Hehe. Itu sih bukan ’cuma’ ya.
 I never thought that loving someone could be this painful.  Diam ketika semestinya bisa berteriak.  Menangis dalam diam ketika semestinya bisa menggerung.  Tetap ada disana ketika semestinya bisa berpaling dan menjauh.  Bukan pisau yang melukai, justru bentakan yang meluluh lantakkan.  Memutuskan untuk tetap bertahan dan seolah tak perduli ternyata bisa sebegitu menggerus hati.  Membuat tangis tak lagi hanya berupa air mata.  Dan bodohnya adalah keinginan itu tetap ada.  Untuk diam-diam mendoakan. Menyisihkan sebagian jerih payah untuk mewujudkan suatu keinginan.  Bukankah itu yang dinamakan mencintai? Bukankah mencintai dan melihat yang dicinta bahagia adalah tujuannya?